pembuka


counters

Senin, 24 Oktober 2022

Ulayat Garagahan

 













peta Geragahan

  N A G A R I    G A R A G A H A N

A S A L    U S U L    S E J A R A H N Y A

Menurut keterangan yang diperdapat dari nenek – nenek orang nan tuo-tuo secara turun temurun menurut waris nan jawek bajawek dalam Nagari Geragahan adalah asal mulanya Nagari Geragahan ini, telah ada sebelum adanya Banagari Tiku, Pariaman dan Sintuk jo Lubuk Alung, kira-kira pada abad ke 13 msh.
Asal keturunan mula-mula nenek-nenek dari Luak Tanah Datar Pariangan Padang Panjang sebanyak 12 (dua belas) orang, membawa keluarga-keluarga masiang-masing (anak kemenakan), yang mula-mulanya bertempat tinggal di dataran Ulak Gunung Tanjung Raya sekarang yang kemudian tempat itu bernama “Simpang Sari Manis”.

Dari Simpang Sari Manis itu nenek-nenek kita nan 12 orang tsb bersimpang turun (jalan) yaitu:
4 (empat) orang Nenek turun ke sekitar daerah Danau Maninjau sekarang, yang bernama gelar:
1. Nenek Rajo Endah.
2. Nenek Rajo Dubalng.
3. Nenek Tumbasa.
4.Nenek Rangkayo Basa.
Keempat orang Nenek tsb melewangi daerah sekitar Danau Maninjau sekarang.
3 (tiga) orang Nenek turun ke Geragahan Padang Sialang, bernama gelar:
1.Nenek Tuan Pandak Suku Caniago.
2.Nenek Patih Pahlawan Suku Tanjung.
3.Nenek Majo Lelo Suku Piliang.
Ketiga orang Nenek tsb melewangi daerah semenjak dari Gunung        Memelintang hilir, kebarat sampai ke laut nan sididih dan mearah rantau  Pasaman ke Topek Tapian Kandis sekarang.
5 (lima) orang nenek turun ke Kota Bimo, mearah Pasir Laut. Yaitu Nagari-nagari dalam XII Koto Kabupaten Padang Pariaman sekarang, bernama gelar:
1.Nenek Bandaharo.
2.Nenek Tundaro
3.Nenek Sunaro
4.Nenek Mangkudun Sati
5.Nenek Lelo Bangso
Kelima Nenek tsb melewangi pula daerah semenjak dari Gunung Tigo Hilir sampai kelaut (Daerah XII tersebut di atas).
Kedua belas orang Nenek kita tesebut dahulunya masa itu disebut atau dipandang sebagai Raja (Raja 12) dirantau pesisir Nagari-nagari nan diulah gunung, disebutkan Nagari Rantau nan Barajo diluar Luak nan tigo.
Maka anak-anak dan kemenakan-kemenakan dari Nenek kita nan 12 orang itu berkembanglah dalam daerah Nagari Rantau Nan Barajo ini yaitu:
“Hulu Danau – Muaro Tiku, Baramban XII Koto, Geragahan”


P E R K E M B A N G A N    N A G A R I

Sesudah beberapa lamanya, anak dan kemenakan sudah mulai banyak berkembang mendiami tempat-tempat dalam daerah rantau ini, banyak pula terdapat olehnya tempat-tempat yang diagah-agahan atau ditakuti, umpanya dipandang sakti.
                        Batang kayu2an yang besar.
                        Lubuk air yang dalam.
                        Batu yang besar-besar.
            Maka oleh karena dalam Nagari ini banyak yang agahan, maka bernamalah Nagari Garagahan yang asal katanya Agahan.
Semboyannya ;
                        Laut sakti – rantau batuah.
                        Sakti di nan bana – tuah di nan sakato.
            Kira-kita abad ke 15 masehi datanglah daulat2 dari Pagaruyuang menjalani daerah Rantau Geragahan ini, bertemu dengan Nenek-nenek kita di Geragahan. Oleh karena anak kemenakan (rakyat) sudah mulai banyak, maka disuruhlah Nenek-nenek kita dalam Nagari ini mendirikan Penghulu-penghulu untuk mengatur rakyat Nagari.
Perintah Daulat itu diterima oleh Nenek-nenek kita, maka didirikanlah Penghulu-penghulu dan diaturlah Nagari-nagari menurut Adat asal dari Luak Tanah Datar Pariangan Padang Panjang yaitu:
“A d a t    K o t o    P i l i a n g”
1.Rajo adat 3 Selo (3 orang).
2.Basa adat 4 Balai (4 orang).
3.Penghulu handiko dalam nagari.

Maka berdirilah Penghulu-penghulu dan Nagari-nagari didaerah Rantau Geragahan ini sebanyak 4 (empat) buah nagari.
1.      Nagari Geragahan sebagai Tiang panjang dalam adat.
2.      Nagari Manggopoh sebagai Batu sandi dalam adat.
3.      Nagari Bawan sebagai rasuak palanca dalam adat.
4.      Nagari Tiku sebagai tonggak bubungan dalam adat.
Keempat Nagari tersebut bagaikan sebuah rumah gadang tempat bersidang nenek-nenek kita nan 12 memberi pengarahan, menghukum dan meng-adilkan menurut sepanjang adat.
                        Tersebut Bawan selebar Bawan.
                        12 Bimba di dalamnya.
Maksud/artinya, di Nagari Bawan itu dahulunya pernah nenek-nenek kita bertempat rapat musyawarah memberikan pengarahan/lewangan adat pada Nagari-nagari sekitarnya (arah Rantau Pasaman).
Demikianlah mulanya Nagari-nagari dalam daerah Rantau Geragahan ini, dahulunya dibawah lindungan Nenek-nenek kita sebagai Rajo Alam di Rantau ini bergala “Alam Bagaga”.
Keempat (4) Nagari-nagari tersebut diataslah yang mempunyai hak Ulayat Hutan-tanah, air/sungai-sungai sekarang, yang berbatas sepadan yaitu:
a.      Sebelah Utara dengan daerah Pasaman Tompek tapian Kandis
b.      Sebelah Selatan dengan daerah XII Koto Kabupaten Padang Pariaman sekarang.
c.       Sebelah Timur dengan Bukit Barisan Gunung Silayang dan daerah XII Koto Kabupaten Padang Pariaman sekarng.
d.      Sebelah Barat dengan Pantai Lautan Hindia.
Raja-raja adatnya sebagai Pucuk Adat yang disebutkan sebagai Rajo-rajo nan 3 (tigo) selo, yaitu:
                                I.            Di Nagari Garagahan  :
1.      Datuk Siaga
2.      Datuk Rangkayo Tanpalawan
3.      Datuk Mudo
                              II.            Di Nagarai Manggopoh :
1.      Datuk Rajo Bandaro
2.      Datuk Basa
3.      Datuk Tambijo
                            III.            Di Nagari Bawan         :
1.      Datuk Rangkayo Kacik
2.      Datuk Palimo Dirajo
3.      Datuk Bagindo Basa
                           IV.            Di Nagari Tiku             :
1.      Datuk Rangkayo Basa
2.      Datuk Rangkayo Bungsu
3.      Datuk Rangkayo Kacik
Oleh karena daerah Rantau ini sudah menjadi 4 (empat) Nagari, maka tanah-tanah Ulayat dibagi empat pula, Kok Gadang dibagi baumpuk – Kok ketek diagiah babonggok/sebagaimana hutan-tanah ulayat-ulayat nagari nan 4 tersebut diatas sampai sekarang.
I.                    Ulayat adat Nagari Garagahan.
a.      Sebelah Timur berbatas dengan Gunung Silayang, dan daeraha XII Koto Padang Pariaman sekarang.
b.      Sebelah Barat berbatas dengan Nagari Manggopoh.
c.       Sebelah Utara berbatas dengan Nagari Bawan.
d.      Sebelah Selatan berbatas dengan daerah XII Koto Kabupaten Padang pariaman (Nagari III Koto Aur Malintang) sekarang.
II.                  Ualayat Nagari Manggopoh
a.      Sebelah Timur berbatas dengan Nagari Geragahan dan Nagari Bawan.
b.      Sebelah Barat berbatas dengan Nagari Tiku.
c.       Sebelah Utara berbatas dengan daerah Pasaman (Sungai Masang Kanan).
d.      Sebelah Selatan berbatas dengan daerah XII Koto Kabupaten Padang Pariaman sekarang.
III.                Ulayat Nagari Bawan
a.      Sebelah Timur berbatas dengan Daerah Bukit Barisan Gunung Silayang dan Nagari Sitalang sekarang.
b.      Sebelah Barat berbatasan dengan Ulayat Nagari Manggopoh.
c.       Sebelah Utara berbatas dengan Nagari Tapian Kandis (Silaras Air).
d.      Sebelah Selatan berbatas dengan Nagari Geragahan.
IV.                Ulayat Adat Nagari Tiku
a.      Sebelah Timur berbatas dengan Nagari Manggopoh dan daerah XII Koto Kabupaten Padang Pariaman sekarang.
b.      Sebelah Barat berbatas dengan Laut nan Sedidih.
c.       Sebelah Utara berbetas dengan daerah Pasaman Nagari Tiagan (Sungai Masang).
d.      Sebelah Selatan berbatas dengan Laut.
Kemudian kira-kira pada abad ke 17 masehi Nagari Garagahan menjadi 2 Nagari yaitu Garagahan lama dan Garagahan baru, yaitu Nagari “Lubuk Basung” sekarang.
Disebutkan Geragahan baru karena penduduknya yang baru datang nenek-nenek 7 suku, dinanti pula oleh nenek-nenek nan 7 suku di Nagari Geragahan yang lama. Secara menurut adat. Kok datangnyo tampak muko, dan kok perginyo tampak punggung – kan pergi bertanya dan pulangnyo berberito dengan nenek-nenek nan 7 suku di Nagari Geragahan lama, yaitu pendatang berasal dari tanah Daek, Sitingkai Tilatang Kamang dan Padang Gadut.
Kira-kira pada abad ke 18 masehi datang pula penduduk dari Tanah Darek Sianok – Koto Gadang, meminta diam pula di Nagari Garagahan ini cara menurut adat.
Maka oleh Nenek-nenek mamak Garagahan lama dan Garagahan baru, semufakat pula menerimanya, dan diunjukan pulalah tanah-tanah kosong yang akan didiaminya, yaitu tanah-tanah sekitar Bukik Caliak dan Batang Piarau, yang sekarang menjadi Nagari “Kampung Pinang”.
Dengan demikian maka Nagari Geragahan sekarang sudah menjadi 3 Nagari, yaitu :
1.      Gagahan,
2.      Lubuk Basung,
3.      Kampung Pinang.
 Ketiga-tiga Nagari tersebut berada dalam Lingkungan Ulayat adat hutan tanah Nagari Garagahan, dan karena demikian antara Nagari Garagahan lama dengan Garagahan baru (Lubuk Basung) sekarang diadakan kesatuan rapat adat yang anggotanya nenek-nenek mamak orang nan 14 suku, yaitu:
1.      Dari geragahan lama             7 suku
2.      Dari geragahan baru              7 suku
Jumlahnya                   14 suku
                                                                     14 suku
Kemudian ke 3 dari Kampung Pinang            7 suku pula
            Berjumlah                                          21 suku

Maka bernama “Rapat Adat Sebuah Bimba”
            Dengan cara perkembangan adat dan Nagari seperti demikianlah mulanya tumbuh Nagari-nagari di alam Garagahan yang dapat kita nikmati bersama sampai masa sekarang ini.
                                                                                                          Geragahan, 4 Maret 1988
                                                                                                            Penyusun tulisan

                                                                                                            (Yubahar Dt. Siaga)

Kemudian disalin/dikutip sesuai dengan aslinya oleh:
Tata Usaha Kerapatn Adat Nagari Geragahan
Kecamatan Lubuk Basung

Darlenen St. Jamil
NPAG.03030006969
(karakterdes)

Peta Ulayat Garagahan